Sabtu, 20 November 2010

Dokter Lo

Posted by Lambayun Arya Wisanggeni On 16.24 No comments



Dokter Lo, mirip hantu. Namanya menjadi bahan pembicaraan, juga kekaguman, namun sosoknya jarang terlihat. Dokter Lo Siauw Ging, 74 tahun kadang memakai tongkat, identik dengan dokter gratis, bagi pasien-pasiennya. Membuka praktek di kediamannya di Jagalan, Jebres, dari pukul 06.00 hingga pukul 08.00, pagi. Disambung sore hari, pukul 16.00 hingga pukul 20.00. Dengan bayaran gratis, atau semampu pasien. Berapa saja. Tidak jarang yang mendapat bantuan obat gratis, atau kadang bantuan untuk mondok di rumah sakit. "Ada donatur yang tak mau disebutkan identitasnya."

Dokter Lo sendiri juga menolak publikasi, bahkan tidak suka difoto.

"Ini panggilan jiwa saya. Sebagai manusia, saya ingin membantu yang tidak mampu."

Ucapan sederhana, merendah, dan menjamah masalah yang mendasar. Bahwa sesungguhnya, kesehatan adalah hak semua umat manusia. Hak tersebut juga dilindungi undang-undang. Maka cukup menyedihkan kalau sampai ada warga yang tak bisa memperoleh hak untuk sehat.

Bagi Dokter Lo, bukan bayaran jasa konsultan medisnya yang penting. "Ada kepuasan tersendiri. Itu yang tak bisa diukur dengan uang." Di tengah dunia yang begitu mengejar harta, di arus kuat 'menjadi dokter agar kaya', kehadiran Dokter Lo tergolong luar biasa. Para pasien yang berobat kepadanya - yang juga diberi nasehat atau marah karena terlambat berobat, bisa bercerita panjang lebar. "Sang dewa penolong" ini juga tak berniat memensiunkan diri. Karena, bisa ditebak, masih selalu ada yang memerlukan jasa baiknya.

Dokter Lo seakan membuktikan bahwa sesungguhnya kebaikan tanpa pamrih masih bisa dilakukan. Pendahulunya, Dokter Oen - yang kini diabadikan namanya menjadi rumah sakit besar dan masih tetap sosial, adalah contoh hidup, contoh kemanusiaan yang perkasa, yang berjalan diam-diam. Yang tak memerlukan hura-hura kekaguman, atau menjadi tenar karena perbuatan sosialnya. Ini yang monumental. Ini yang menyebabkan kita masih terus mempercayai bahwa masih banyak orang-orang yang baik, yang memperhatikan sesamanya, yang peduli, dan tak ingin dipuji secara berlebihan.


Matur nuwun pak dokter, bahkan kata ini pun bisa jadi hanya diucapkan dalam hati.

.

.

.

diambil dari Kitab Solo

0 komentar:

Posting Komentar